Berjalan di atas kerikil-kerikil tajam
tanpa alas kaki
Mengadahkan tangan
Menjual wajah sendu
Berharap belas kasihan
dari orang-orang berdasi
yang mengendarai mesin-mesin besar
Tidur beralaskan tanah
beratapkan langit
membiarkan tubuhmu menjadi santapan
segerombolan nyamuk
Aku kamu sama
hanya nasib dan keberuntungan
yang menjadi pembeda
tak cukupkah penderitaan yang kau pikul
di umur yang sedini ini
menjadi tulang punggung keluarga
yang mengais rezeki di tengah hiruk pikuk kota metropolitan
gundukan sampah yang tak berharga
kau sulap menjadi lembaran-lembaran rupiah
kesedihan dan penderitaan bagiku
kau ubah menjadi canda dan tawa
ku pikir dunia ini hidup
jikalau kedua orang tua menyayangi
materi yang mengalir deras
punya banyak teman
dan prestasi yang meluap
Tapi senyummulah
di tengah-tengah batu sandungan hidup
yang tiada henti menghadang
menghidupkan dunia
dan memberikan etimologi hidup yang sesungguhnya
tanpa alas kaki
Mengadahkan tangan
Menjual wajah sendu
Berharap belas kasihan
dari orang-orang berdasi
yang mengendarai mesin-mesin besar
Tidur beralaskan tanah
beratapkan langit
membiarkan tubuhmu menjadi santapan
segerombolan nyamuk
Aku kamu sama
hanya nasib dan keberuntungan
yang menjadi pembeda
tak cukupkah penderitaan yang kau pikul
di umur yang sedini ini
menjadi tulang punggung keluarga
yang mengais rezeki di tengah hiruk pikuk kota metropolitan
gundukan sampah yang tak berharga
kau sulap menjadi lembaran-lembaran rupiah
kesedihan dan penderitaan bagiku
kau ubah menjadi canda dan tawa
ku pikir dunia ini hidup
jikalau kedua orang tua menyayangi
materi yang mengalir deras
punya banyak teman
dan prestasi yang meluap
Tapi senyummulah
di tengah-tengah batu sandungan hidup
yang tiada henti menghadang
menghidupkan dunia
dan memberikan etimologi hidup yang sesungguhnya
No comments:
Post a Comment