Kebahagian kita, aku dan kamu sederhana, saat hanya ada aku dan kamu dengan sedikit masalah yang hanya antara aku dan kamu. Tidak antara aku, kamu dan pihak ketiga, keempat dan seterusnya.
Bahagia kita mendadak tak lagi sederhana, saat orang-orang yang kita sayangi ternyata tidak menyayangi kebahagiaan kita yang sederhana..
Bahagia kita tak lagi sedrhana, saat tekanan dari mereka yang kita sayang, menjadi boomerang yang membuat kamu memalingkan kepala dariku.
Bahagia kita tak lagi sederhana, saat orang-orang yang kita sayang, memaksamu menghadirkan dia yang lain ditengah bahagia kita yang sederhana…
Bahagia itu tak lagi sederhana, saat perhitungan secara logika 1+1 tak lagi sama dengan 2 melainkan 3 bahkan 4 dan seterusnya…
Bahagia itu tak lagi sederhana… saat akhirnya putus asa dan kejenuhan merenggut kesederhanaan kebahagiaan yang pernah kita punya…
Mencoba mencari kebahagiaan baru tidaklah sederhana…..
Tidak sesederhana menggantikan mu dengan mereka yang lain, begitu pula kamu yang menggantikan aku dengan yang lain.
Tidak pula sesederhana meyakinkan perasaan kita masing-masing bahwa kebahagiaan sederhana yang kemarin lenyap masih bisa diperjuangkan.
tidaklah sederhana, menemukan lagi puing-puing kebahagiaan sederhana kemarin yang telah hancur, untuk kita rekatkan kembali.
Dan tidaklah sederhana bagiku, ketika aku menemukan puing lain saat aku berusaha merekatkan kembali pecahan kebahagiaan kita kemarin yang sempat pecah berantakan.
Tidaklah sederhana bagiku, menerima ‘mereka’ dalam usahaku mengembalikan kebahagiaan kita kemarin yang sederhana..
Ah… entahlah…kamu benar-benar ingin KITA mencoba mengembalikan kebahagiaan sederhana kita dulu, atau kamu hanya ingin AKU yang kembali merasakan kebahagiaan yang sederhana seperti kemarin, sementara kamu dengan kebahagiaan sederhana baru yang kamu bangun.
Baiklah sekarang
Bahagia itu sederhana, saat bisa melihat senyum kamu lagi…
Bahagia itu sederhana, saat aku bisa mendengar kamu bernyanyi disebelahku lagi…
meskipun….
Bahagia itu sederhana dan rumit, saat aku harus bisa mentoleransi dia yang ada di dekatmu disana,
Bahagia itu sederhana tapi rumit saat sms darimu tak lagi sering mampir ke ponselku seperti dulu…
Bahagia itu sederhana tapi rumit saat aku membaca pesan singkat antara kamu dan dia di ponselmu yang ternyata menggeser porsiku mengisi inbox dan outbox ponselmu…
Bahagiaku sederhana tapi rumit saat aku harus menikmati ungkapan sayangmu untukku dengan sedikit tanda tanya ‘apakah dia juga menerima hal yang sama darimu, saat aku tak ada?’
Hei kamuu…. bahagiaku sederhana, karena kamu, kamu yang dulu, kamu yang kemarin,, hanya kamu, bukan kamu dan dia…
Namun bahagiaku tetap sederhana, saat kamu mengucapkan ’segala sesuatu pasti berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu, begitu pula perasaan yang kita punya. Tapi semoga akan membawa kebaikan yang lebih baik.’
Bahagia ku tetap sederhana meskipun sudah ada dia diantara kita…
ya, bahagiaku tetap sederhana, karena aku yakin, kebahagian kita yang sederhana kemarin masih kamu simpan rapi…
Bahagiaku sederhana…sesederhana aku menikmati sedikit perih karena retakan-retakan yang muncul di kebahagiaan sederhana kita dulu yang sempat pecah dan sedang bersama-sama kita satukan dan tata kembali..
Bahagiaku sederhana sesederhana aku dan rinduku dengan kamu yang dulu…
No comments:
Post a Comment